Resensi Buku

Judul buku   : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Penulis          : Tere-Liye

Penerbit         : PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan X     : Mei 2013

Kategori        : Fiksi, Novel

Tebal Buku    : 264 halaman; 20cm

Harga             : Rp.48.000,-


Isi buku :

Menceritakan kisah cinta yang terpendam Tania dan kak Danar, bagian awal novel ini mengisahkan kehidupan kakak beradik Tania dan Dede yang harus putus sekolah dan menjadi pengamen karena keterbatasan ekonomi keluarga sepeninggal ayah mereka. Mereka berdua tinggal di rumah kardus dengan ibu mereka yang sakit-sakitan.

Kehidupan mereka berubah setelah bertemu dengan seorang pria bernama Danar. Danar adalah seorang karyawan yang juga penulis buku anak-anak. Danar begitu baik sehingga keluarga ini menganggapnya seperti malaikat. Tania sangat mengagumi Danar karena selain baik, dia juga punya wajah yang menawan.

Suatu ketika Danar memberikan bantuan sehingga Tania dan Dede bisa kembali sekolah dan ibunya berjualan kue. Dengan penghasilan ibunya, akhirnya mereka pun dapat tinggal dikontrakan. Mereka pun semakin dekat seperti keluarga. Danar pun sering mengajak Tania dan Dede untuk pergi ke toko buku yang terletak di Jalan Margonda Raya. Toko buku itu kemudian menjadi tempat favorit mereka karena disana mereka bisa bertukar cerita, melamun, mengkhayal dan menikmati indahnya malam dari dinding kaca lantai dua toko buku tersebut.

Suasana agak berubah ketika danar membawa teman dekatnya yang bernama Ratna. Tania merasa cemburu, ia tidak suka melihat kedekatan Danar dengan Ratna. Rasa tidak suka itu bukan sekedar perasaan iri seorang adik tapi Tania kecil belum bisa menerjemahkan apa arti perasaan itu.

Kebahagiaan mereka berkurang saat ibu Tania meninggal. Dan demi menepati janji terakhir Tania ke Ibunya, dia tidak akan menangis demi siapapun lagi, kecuali ‘dia’. Berat sekali bagi Tania menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya telah tiada dan sekarang ia yang harus bertanggung jawab menjaga adiknya. Untung saja ada Danar yang selalu berada di samping mereka.

Tania tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar. Ia berhasil mendapatkan beasiswa ke Singapura. Sederet prestasi berhasil ia raih dalam studinya. Semua pengalaman hidup yang telah Tania alami menjadikannya lebih dewasa dari gadis-gadis lain seumurannya. Perasaannya terhadap Danar juga semakin jelas. Lambat laun Tania tahu, perasaan itu bernama cinta.

Tapi cinta Tania terhadap danar tidaklah mudah. Bertahun-tahun mereka bersama dalam status kakak adik, terlebih lagi mereka terpaut usia 14 tahun. Bagi ABG seperti Tania, jatuh cinta kepada pria yang jauh lebih tua darinya cukup membuatnya pusing. Sisi remajanya membuatnya ingin mengekspresikan perasaannya meskipun ia tidak tahu apakah Danar memiliki perasaan yang sama dengannya atau tidak. Keadaan semakin sulit saat Danar memutuskan untuk menikah dengan Ratna. Tania patah hati. Ia memutuskan untuk tidak hadir dalam pernikahan mereka meskipun Danar dan Ratna telah membujuknya.

Beberapa waktu berselang, Tania tahu bahwa kehidupan rumah tangga Danar dan Ratna tidak bahagia. Ratna bercerita kepada Tania bahwa Danar telah banyak berubah. Danar menjadi pendiam dan seringkali tidak berada di rumah. Ratna tahu ada sesuatu yang menghalangi mereka, ada seseorang di antara ia dan Danar tapi ia tidak pernah tahu siapakah bayangan itu. Dari cerita Dede akhirnya Tania tahu bahwa Danar juga mencintai Tania. Danar menuliskan perasaannya dalam novel “Cinta Pohon Linden” yang tidak pernah selesai ia tulis. Perbedaan usia yang cukup jauh membuat Danar merasa tidak pantas mencintai Tania. Tidak seharusnya ia mencintai gadis kecil seperti Tania.

Ketika Tania dan Danar sama-sama tahu perasaan mereka masing-masing, semua sudah terlambat. Biar bagaimanapun Danar telah menikah dengan Ratna. Akhirnya Tania kembali ke Singapura dan memutuskan untuk meninggalkan semua cerita cintanya.

Ada salah satu kalimat yang sangat saya suka dalam novel ini, dikutip dari halaman 196, “Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan”

Kelebihan :

alur ceritanya menarik dan membuat pembaca terbawa pada suasana cerita yg maju mundur serta perjuangan hidup dari Tania, membuktikan bahwa usaha dan perjuangan yg keras akan membuahkan hasil yang terbaik, setiap orang pasti bisa menggapai prestasi gemilang dengan usaha keras dan doa.

Kekurangan :

cerita yang sidisampaikan mudah ditebak arahnya, mungkin penulis memang sengaja membuat alur yang mudah dicerna dan di tebak sehingga cerita enak dicerna, endingnya kurang greget seakan-akan Danar dan Tania membiarkan cinta menemukan jalannya sendiri tanpa memperhitungkan perasaan

Manfaat :

Dari novel ini pembaca dapat mengambil beberapa manfaat, diantaranta adalah perjuanga. yang keras akan membuahkan hasil yang terbaik, cinta yang terpendam akan menkadikan perasaan jadi tidak menentu, komunikasi adalah hal yang penting dalam kehidupan, kasih sayang ibu adalah segalanya dan beberapa hal lain yang bisa diambil maknanya terserah pembacanya.

#Resensi buku_Aki
180318

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROGRAM KEGIATAN UJIAN PRAKTEK PENJASORKES

RPP BERDIFERENSIASI PJOK SMP