Maafkan Aku

Sepanjang jalan itu ku telusuri dengan pandangan hampa, sudah seminggu ini kabar berita dari Indra sahabatku sedari SMP tak pernah kudapatkan, entah mengapa belakangan ini perasaanku selalu galau namun tak tahu apa yang harus kulakukan, aku ingat perkataannya sebelum kami berpisah di Singapura, di CIA (Changi In't Airport), "bro, titip anak-anak ya, kalau sampai aku gak bisa balik lagi ketemu mereka, sepertinya kali ini perasaan gue gak enak." aku terdiam sejenak dan menjawab, "Tenang bro, gak usah khawatir, nanti aku urus semuanya, beresin aja urusanmu ya." dan kami pun berpisah, Indra melanjutkan perjalanan ke Kanada dan aku kembali ke tanah air, pulang ke rumah di Cigudeg. Sepertinya itu adalah pertemuan terakhir kami. Persahabatan kami memang sangat akrab, keluarga kami juga sangat dekat dan saling mengenal sehingga kontak batin kami sangat terasa.

"Drtt, drttt, drrt" hp ku bergetar, ada pesan masuk, tapi entah mengapa kali ini aku sangat segan sekali melihatnya, rasanya tubuh ini lemas tak berdaya, namun akhirnya kubuka juga pesan yang masuk, satu persatu pesan ku buka dan kubaca dengan seksama, tiba sampai pesan dari no HP Indra dan aku terkejut, isi pesannya adalah "Mo, cepat ke rumah, ada hal yang sangat penting...... Erni" Sepertinya biasa saja pesannya namun mengapa jantungku berdebar tak karuan, tubuhku bergetar seakan ada sesuatu yang tidak mengenakkan, Erni adalah istri dari sahabatku, akupun agak bingung kenapa Erni yang mengirimiku pesan, akupun bergegas mengambil kunci mobil dan mengeluarkan mobil dari garasi segera menuju ke rumah sahabatku.

Tak berapa lama sampailah aku di rumah Indra, penuh sekali parkir mobil sehingga aku memarkirkan mobil agak jauh, sesaat kemudian aku berjalan menuju ke rumah sahabatku, sepanjang jalan aku menyalami orang-orang yang sebagian besar tidak aku kenal, sesampai di depan rumah sayup terdengar suara tangisan dan alunan merdu ayat suci Al Qur'an yang sedang dibacakan, terasa syahdu sekali. Akupun masuk ke dalam dan mencari sahabatku, namun semua memandangiku dengan deraian air mata dan menunjukkan sesosok tubuh yang telah dibalut kain kafan putih, akupun mendekatinya dan membuka penutup wajahnya dan seakan tak percaya, sahabatku Indra telah berpulang, seperti apa yang dia katakan saat pertemuan terakhir kami. "Maafkan aku dra, aku tak bisa menemanimu saat kau dijemput malaikan Izroil". Di hadapan jenasahnya akupun berdoa semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT, aamiin.

#Cerpen
aki180118

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROGRAM KEGIATAN UJIAN PRAKTEK PENJASORKES

RPP BERDIFERENSIASI PJOK SMP