Perjalanan Maut

Chapter One
Cerita ini mungkin dipercaya sebagai cerita yang mustahil terjadi, ada kalanya aku sulit mengutarakannya kepada siapapun, seakan-akan aku hanya seorang pembohong besar, namun apa boleh buat, apapun kata mereka aku akan terus berjalan mengikuti kata hatiku, demi keluargaku, anak istriku yang tercinta, orangtuaku, agamaku, bangsaku dan negaraku tercinta.
Ku awali setiap pagi dengan doa khusukku kepada Yang Kuasa, sang Maha Pencipta untuk melindungiku dan memberkahiku dalam perjalanan menempuh hari. Ditemani kopi hangat dengan senyum manis istriku setiap pagi dengan sarapan cinta kumulai semangat pagi, kukecup mesra pipi, dahi dan bibir ranum istriku yang cantik, dengan diiringi doa istriku yang sholehah kulangkahkan kaki berangkat menuju tempat baktiku pada negara, ahh pagi yang selalu indah buatku.
Sekian tahun terlewati tak terasa semua alat transportasi telah kupakai untuk menempuh 12,5 km tempat perjuanganku, 16 tahun terlewati tanpa terasa, 1 sepeda, 7 motor dan 1 mobil antik saksi bisu perjalananku menempuh perjuangan. Sejak angkot, bus Sadar yg sudah tidak sadar lagi, KJU, Bulan Jaya, sampai ada Perintis Damri yg mulai menemani perjalananku. Lalu lalang Fuso, Hino raksasa tronton, beko, escavator, dozer dan kawan-kawan mereka, belum termasuk toyota buaya, colt diesel, toyota dyna turut menyesaki sepanjang jalur parungpanjang lebakwangi. Semua itu selalu setia bersamaku melintasi jalan hancur berdebu, merekahnya beton dan menganganya lubang yang akan siap melumatmu bila kau tidak waspada, sudah tak terhitung korban yang berpulang, luka parah atau hanya malu karena terpeleset. Bila musim panas hadir maka debu halus akan beterbangan menyesaki paru-paru dan nafas, bila hujan hadir maka debu akan berganti cipratan lumpur yang akan menghiasi sepatu dan kendaraan yang kita gunakan, namun semua itu akan sirna ketika aku tiba di sekolah tempat berdinas, diiringi sapa anak-anak terbaik yang hadir menemani hari-hariku sepertinya menghanyutkan lelahku yang terbawa angin.



Chapter 2
Detik-detik memulai perjalanan adalah saat yang sangat berat, melangkahkan kaki atau mulai memasukkan perseneling motor atau mobil dan saat mulai memutar gas untuk menjalankan kendaraan, memulai dengan degup jantung yang mulai berdebar serta aliran darah dan dengus nafas memburu seakan menghentikan waktu yang terus berputar. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 6 tepat, saat yang terbaik untukku memulai perjalanan, perlahan tapi pasti kendaraan ku lajukan dengan mulus, saat mentari mulai membiaskan sinar lembutnya menghangatkan bumi, menyapa embun pagi di rerumputan yang tersenyum manja, alangkah indahnya karunia ilahi.
Memasuki jalur utama mulai debu beterbangan dan raungan mesin truk besar pengangkut batu dan pasir seakan berlomba dengan kicauan burung yang makin sedikit saja terlihat, merangkak dengan beban berat tidak dihiraukan oleh sang sopir yg begitu pongahnya dengan kaca mata hitam serta rokok ditangan sambil sesekali menatap jabon di sampingnya yang telah memuaskan birahinya, dengan bayaran yang hanya cukup untuk membeli gincu dan baju dalam murahan, sangat miris dengan usia yang masih belia ia harus mencari biaya hidup dengan jalan yang tidak disukai siapapun. Sekelebat bayang yang seperti pernah ku kenal namun kutepis jauh, seperti mantan anak didikku yang telah salah melangkah dalam hidupnya, tragis sekali hidupnya terseret amukan birahi yang tak terbendung, ia tak kuasa menolaknya dan akhirnya harus menjalani hidup yang kelam.
Sehasta demi sehasta terlewati dengan lubang menganga dimana-mana, sulit sekali memilih jalan, berebut jalan yang masih tersisa, dengan umpatan khas di jalan, nama binatang yang keluar secara reflek, atau yang terbaik hanya menarik nafas panjang dan mengelus dada sendiri, sambil beristighfar dan menyebut nama Nya.
Sepanjang jalan yang kulalui terlihat tumpukan batu dan pasir, gubuk-gubuk sederhana tempat bersantap atau memadu kasih berbayar dan terlarang, tempat mereka mengerang dan terenggah melepas nafsu durjana, lihatlah dunia yang semakin renta, semakin menua, semakin mendosa, menanti sangkakala, mengahiri dunia fana.
Sepanjang jalan yang ditakdirkan tidak pernah mulus selalu, dibangun dengan kentalnya nuansa korupsi, kurangi besi, kurangi semen, kurangi ukuran, memperkaya diri dengan mengabaikan kualitas, keselamatan, upeti sana, upeti sini, habislah semua, tinggal yang tersisa kepulan abu dan kerikil yang tersebar.

Chapter 3
Flash back
Termangu beberapa saat, teringat kembali beberapa puluh tahun yang lalu, ketika kujumpa pertama kali dengan pujaan hati. Theea ... Nama yang tak lazim, agak canggung menyebut namanya, nama yang mengetarkan sukmaku sangat hebat, denting-denting asmara yang tak kupahami sebelumnya, melepaskan angan ke alam bebas, entah mengapa, saat ku tanya apa arti nama mu, kau hanya tersenyum manis, sambil menghabiskan makan siang favoritmu di blok m, kantin di kampus utama kita, kampus yang mempertemukan cinta kita. Masih terbayang jelas di pelupuk mataku, celana jeans, sepatu sport, kemeja lengan panjang dan jilbab putih yang menjadikan kau semakin menarik pandangan lelaki yang normal.
Semakin membuat penasaran, tawa renyah dan senyum manismu seakan tak mau pergi dari pikiranku setiap saat, sampai detik inipun masih tetap kurasakan. Entah mengapa saat itu aku sangat yakin, dialah  pendampingku di dunia dan di akherat yang selama ini aku cari.
Perasaan yang tersamar membuatku membiarkan kawan dekatku berusaha menggapaimu, mendapatkan cintamu, namun entah mengapa aku yakin cintanya hanya untukku, dan itu menjadi nyata.
Saat bahagia menyuntingnya menjadi permaisuriku, menjadi ibunda ketiga permata hatiku, sempurnalah kebahagiaanku. Dua bidadari mungilku dan seorang pangeran yang akan membanggakan kami.
Perjuangan mendapatkan hatinya pun penuh liku, dengan modal seadanya, wajah seadanya dan semua seadanya, aku cuma bisa bilang,"maukah kau menerimaku apa adanya, mencintaiku seperti kayu yang mencintai api?" sebait puisi Sapardi Djoko Damono yang mampu menenggelamkan perasaan, sehingga ia mengangguk setuju, tersipu dengan senyum manisnya, dan aku? Melayang bahagia bagai camar laut yang bebas bercengkrama dengan ombak. Perjalanan cinta kamipun tidak semulus jalan tol jagorawi atau runway bandara Soetta, lika-liku, kerikil, jurang, tebing selalu menghadang namun kami selalu satu dalam cinta. Duka derita, suka cita kami lewati bersama, saling mengingatkan, saling menyayangi sepanjang masa.

Chapter 4
Reality
Kondisi jalan antara parungpanjang dan lebakwangi ternyata telah seperti sekarang ini sejak pertamakali jalur ini digunakan. Sejak dibukanya penambangan batu galian C, mulai tahun 1969 dan aktif produksi mulai 1970, galian C terdiri dari batu belah untuk pondasi, makadam untuk urugan atau jalan, split dan screening untuk campuran beton dan cor serta abu untuk perataan seperti pasir namun di buat dari batu yang digiling dan dihaluskan. Penambangan ini diangkut melalui jalan provinsi yang menghubungkan Jawa Barat dengan Banten, melewati kecamatan Cigudeg, Parungpanjang di Jawa Barat dan kecamatan Malangnengah di provinsi Banten, kurang lebih 46 tahun sudah telah berpartisipasi membangun negeri terutama ibu kota Jakarta, hampir semua proyek jalan dan bangunan menggunakan batu dan pasir dari daerah lebakwangi, dari awal puluhan truk batu sampai sekarang sudah ribuan truk besar silih berganti hilir mudik setiap hari membawa beban batu dan pasir untuk pembangunan negeri. Banyak kisah terjadi, tragedi yang pernah menjadi headline koran ibu kota, pembunuhan  akibat perebutan wilayah, kumpulan preman penguasa jalan, kehidupan malam yang bergulir tanpa bisa tertahan, bermacam ragam kisah silih berganti. Satu kisah yang pernah mencuat dan lama diperbincangkan tentang misteri pembunuhan seorang pengusaha muda yang ambisius, ada juga kisah penjaja cinta yang merana ditinggal kekasihnya yang tewas terlindas truk, kisah lain tentang tukang somay yang tertimbun batu split tronton yang terbalik, selalu menjadi cerita menarik yang menghiasi jalan parungpanjang lebakwangi.
Yang tak pernah berubah jalur lebakwangi parungpanjang adalah jalan yang tak pernah rapi, perbaikan, pengecoran selalu di lakukan sesuai proyek provinsi, jadi kalau kita demo ke bupati pasti tidak akan ada tanggapan karena merupakan tanggungjawab provinsi.

bersambung,..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROGRAM KEGIATAN UJIAN PRAKTEK PENJASORKES

RPP BERDIFERENSIASI PJOK SMP