Mengajar Sebagai Kebutuhan

Banyak kita dengar tentang keluh kesah guru yang mengatakan, duuuuuh…. capek ngajar nih, bosan, menyebalkan, peserta didik tidak tertib, tidak disiplin, bikin kesal dan banyak lagi yang lainnya, mungkin para guru yang profesional dan menyenangkan akan merasa bingung malah aneh dengan guru-guru tersebut, bagi saya dan istri saya yang mempunyai profesi sama sebagai pengajar sering kali tertawa dan menganggap memang lucu guru yang seperti demikian, karena kami selama ini menjadikan mengajar sebagai aktifitas yang membahagiakan dan menyenangkan sepanjang waktu, karena selain mengajar kami juga belajar setiap waktu tentang peserta didik dan kadang merasa waktu berlalu begitu cepat ketika sedang mengajar, kalau guru-guru aneh mengatakan materi saya belum selesai semester ini saya malah sering mengadakan pengayaan untuk semester berikutnya.

Untuk indikator belajar menyenangkan untuk peserta didik sangat mudah, ketika kita datang selalu disambut dengan senyuman dan sebelum bel berbunyi mereka sudah sms atau menjemput kita di ruang guru, bila kita terlambat peserta didik selalu menanyakan kenapa terlambat? ayo kita belajar, apalagi bila kita tidak dapat masuk pasti di telpon atau sms yang menanyakan kenapa kita tidak datang, bahagia sekali bila menjadi guru seperti demikian.

Berbeda dengan guru yang tidak disukai, ada kalanya peserta didik tidak peduli dengan kehadiran guru tersebut, bila terlambat banyak peserta didik malah mendo’akan supaya tidak datang, jam pelajaran terasa begitu lambat, kelas akan tidak teratur dan tidak kondusif, sering mereka bertanya ke ruang guru untuk memastikan guru tersebut tidak datang, bila jawabannya benar guru tersebut tidak datang mereka langsung bersorak horeeeee! entah bagaimana perasaan guru tersebut, biasanya yang saya sering perhatikan, biasa saja dan tanpa perasaan bersalah bila tidak masuk, selalu menyalahkan peserta didik bila materi tidak terkuasai dan lainnya.
Ada beberapa literatur yang pernah saya baca tentang guru wajib, guru sunnah, guru mahkruh dan guru haram, sangat menyentuh sekali tentang hal tersebut,

Guru wajib : guru yang selalu datang ke sekolah sebelum bel berbunyi, menyiapkan pelajaran dan alat pembelajaran yang sesuai, cenderung menggunakan hal-hal baru dalam pengajaran, menggunakan metode belajar yang sangat bervariasi, senang tersenyum, dapat menjadi fasilitator yang baik, mengetahui segala sesuatu tentang materi yang diajarkan, menyelipkan humor, perhatian kepada peserta didik bahkan hal terkecil, menjadikan peserta didik sebagai partner dalam pembelajaran, memotivasi siswa untuk belajar dan menguasai pelajaran yang diberikan dan hal-hal positif lainnya, diluar jam pelajaran selalu dijadikan tempat cerita dan lain sebagainya, mengenali seluruh peserta didiknya, familier, pulang selesai semua peserta didik telah pulang dan lainnya. (ternyata banyak sekali kriterianya, ini pun masih banyak yang belum saya tulis).

Guru sunnah : datang dan pulang sesuai waktu mengajar, cenderung pasif dalam mengajar, tidak ada inovasi dalam mengajar, menyelesaikan semua tugas mengajar dan lainnya dan hal-hal standar lainnya.

Guru  makhruh : guru yang datang atau tidak tidak terlalu penting untuknya dan peserta didiknya, mengajar asal memenuhi keinginannya, banyak memberikan catatan, sering tidak ada di kelas, banyak ngobrol dengan guru lain, sedikit mengenal peserta didiknya, tidak punya persiapan mengajar, sering terlanbat masuk dan lebih cepat pulang, banyak alasan dan lainnya.

Guru haram : sering tidak hadir ke sekolah, bila hadir pun tidak mengajar hanya memberikan tugas, jarang masuk kelas, tidak mengenal sama sekali peserta didiknya, banyak pekerjaan ditelantarkan, menuntut honor paling hebat, banyak bicara yang tidak penting, tidak disukai oleh teman-teman guru apalagi oleh kepala sekolah.

Ini hanya sebagian kecil yang pernah saya dengarkan dari pelatihan dan penataran, dan yang terpenting semunya kembali kepada kita sendiri, pilihan mana yang akan kita ambil, dan maaf bila ada yang tersentuh dengan hal di atas, hanya sebatas opini saya yang masih banyak belajar untuk mengajar dengan baik dan yang terpenting adalah kita selalu berusaha bekerja sebaik-baiknya.
Mengajar atau bekerja adalah ibadah, tidak ada perbedaan antara Pegawai Negeri atau honorer, mencontohlah pada yang baik, Allah maha Tahu, Allah maha memberi, ada kalanya kita perlu menikmati dan mensyukuri apa yang telah ada pada diri kita sekarang. Allah akan membalas perbuatan kita, baik atau buruk.
Salam damai dari atas gunung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROGRAM KEGIATAN UJIAN PRAKTEK PENJASORKES

RPP BERDIFERENSIASI PJOK SMP