Lombok Amazing Trip 2017

Perjalanan kali ini sebenarnya punya perencanaan yang matang, tiket pesawat sudah dipesan, akomodasi sudah siap di Lombok namun apa daya ada saja hal yang mengurangi kelengkapan yang sudah tertata dengan baik, namun show must go on, perjalanan ke Lombok dimulai.

Hari Pertama

Sabtu, 4 November 2017, 05.15 WIB
pesawat citylink yang akan mengantar kami langsung ke Lombok sudah siap di Bandara Halim PK, bandara TNI AU yang dimanfaatkan kembali menjadi bandara domestik untuk mengurangi kepadatan penerbangan di bandara Soekarno Hatta Cengkareng, melewati rutinitas check in dan boarding tanpa hambatan kami langsung naik pesawat dan bertemu dengan penumpang lain yang akan menuju Lombok hari itu, dengan airbus A700-230 kami take off on time dan sangat mulus, cuaca cerah dan pilot membawa kami langsung ke Bandara Internasional Lombok, Lombok International Airport, Bandara ini terletak sebelah tenggara Kota Mataram ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat dan ± 8 kilometer selatan dari kota kecil Praya, ibu kota Kabupaten Lombok Tengah. Bandara ini dibangun di atas lahan seluas 550 hektare yang menelan biaya Rp.625 miliar (US$73.100.000). Bandara ini dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I. dan dibuka pertama kali pada tanggal 1 Oktober 2011 untuk menggantikan fungsi dari Bandara Selaparang Mataram. Terletak persis di jantung pulau "eksotik" Lombok tepatnya di Jalan Tanak Awu. Melayani penerbangan domestik maupun international. Maskapai yang melayani rute domestik antara lain yaitu Garuda Indonesia, Merpati Nusantara, Lion Air, Wings Air, Citilink, Sky Aviation, Trans Nusa Aviation, Indonesia Air Transport (Non Reguler), dan Travira Air (Non Reguler). Rute internasional dilayani oleh Silk Air dan AirAsia. Pada tanggal 20 Oktober 2011 Presiden RI saat itu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan bandara ini. Arsitektur bandara ini memiliki ciri khas rumah adat sasak, namun tentu saja menggunakan bahan-bahan modern baja galvanis. Tak terasa perjalanan yang seharusnya ditempuh 1 jam 55 menit, hanya ditempuh dengan waktu 1 jam 10 menit, namun kami menambah lagi waktu 1 jam karena sudah berada di WITA waktu kami saat itu 08.05. Cukup mengherankan karena baru kali ini saya dan teman lainnya naik pesawat landing lebih cepat dari estimasinya. Sampai bandara kami mencari tour guide yang telah kami hubungi sebelumnya untuk mendampingi kami berwisata di Lombok, mas Tanto asli Jawa Surakarta yang mengadu nasib di Lombok kurang lebih sudah 10 tahun, orangnya kalem, ramah dan tidak sombong tentunya.

Tujuan awal kami adalah Desa Tenun Sukarare Lombok

Desa Sukarare terdapat banyak toko-toko yang menjual kain-kain hasil tenun masyarakat Lombok. Kami mampir di sebuah Toko sekaligus industri kerajinan Patuh. Di Toko ini dijual berbagai macam kain tenun dengan berbagai varian harga. Bukan hanya menjual berbagai kain tenun atau songket, tetapi mereka  memamerkan cara menenun kain songket oleh para wanita-wanita di desa Sukarara, ditambah lagi, kita bisa ikut mencoba menenun dengan bantuan wanita-wanita sasak ini.

Kain tenun yang dihasilkan di Desa Sukarara adalah Kain tenun dengan benang emas yang biasa disebut Kain Songket. Kain Songket ini merupakan kain tenunan yang dibuat dengan berbagai teknik, mulai dari teknik menambah benang pakan dan teknik membuat hiasan dengan menyisipkan benang perak, emas atau benang warna di atas benang lungsi.

Sebagian besar wanita di Desa Sukarara bekerja sebagai penenun untuk menjaga dan melestarikan budaya dan tenun tradisional yang diwarisi oleh nenek moyang mereka. Selain itu, menurut tradisi, Menenun sudah menjadi hal yang wajib bagi wanita di desa Sukarara. Mereka tidak boleh menikah sebelum pandai menenun. Pekerjaan menenun ini biasanya dilakukan di teras depan toko atau rumah. Pemandangan ini tidak hanya dijumpai di toko yang saya kunjungi ini saja, tetapi hampir sepanjang jalan di desa Sukarara.

Menurut pemandu yang membawa kami, Kain Tenun di desa Sukarara memiliki motif yang berbeda dengan kebanyakan kain tenun atau songket yang ada di Daerah lain di Indonesia. Ciri khas kain songket khas Lombok di Desa Sukarara kebanyakan digambarkan dengan motif rumah adat dan Lumbung serta motif tokek. Namun selain itu, ada juga motif lainnya seperti serat penginang, cungklik, keker, subahnala dan masih banyak lagi.

Bahan baku yang digunakan dalam menenun adalah benang katun, sutera, sutera emas, dan benang sutera perak. Sedangkan untuk benang warna, bahan pewarna yang mereka gunakan adalah bahan alami seperti benang warna coklat yang bahannya berasal dari pohon mahoni, warna coklat muda dari batang jati, warna coklat tanah dari biji asam, dan warna ungu dari kulit manggis.

Proses menenun bisa dibilang sulit, rumit dan memakan waktu yang cukup lama, mungkin ketiga faktor tersebutlah yang membuat harga kain songket atau kain tenun cukup mahal. 

Harga barang-barang di toko yang ada di desa Sukarara ini bervariasi, mulai dari Selendang seharga Rp. 25.000,- , hingga baju dari kain tenun harganya Rp.3.000.000,-.

Kebanyakan Toko yang ada di sini juga menyediakan jasa peminjaman baju adat khas Lombok, dengan pembayaran serelanya. Saya meminjam baju adat khas Lombok lalu berfoto dengan latar belakang rumah adat Lombok. Ya, bukan Cuma peminjaman baju adat, disini juga terdapat replika rumah adat Lombok. Jadi berwisata di Desa Sukarara juga lumayan komplit. Mulai dari Belanja-belanji, menyaksikan proses menenun, Meminjam Baju adat, dan berfoto layaknya putra-putri Sasak dengan Latar belakang rumah adat Suku Sasak

Desa ini terletak di Kabupaten Lombok Tengah, Kecamatan Jonggat. Ya, sekitar 20 Kilometer dari Bandara Internasional Lombok.

Pokoknya berkesan sekali kunjungan awal kami setelah sampai di Lombok. 

Setelah puas berwisata di sukarare kami kembali menuju bandara untuk menjemput kedatangan teman kami dari Bandung, kami berbeda pesawat dan awal berangkat, pesawatnya mendarat jam 12.30 WITA, jadi kami ada kesempatan berfoto di gerbang LIA, Lombok International Airport. 

Setelah agak lama menungggu proses bagasi kamipun melanjutkan perjalanan menuju rumah makan khas lombok nasi balap puyung,  nasi dengan lauk ayam yg kecil serta suwiran ayam dan jeroan, plus kangkung plecing dengan sambal tomat yang khas. Nama restonya Cahaya, nasi balap puyung BIL.

Menu makan siang kami hari pertama berciri khas Lombok adalah nasi balap. Nasi balap dikenal juga dengan nama nasi balap puyung atau nasi puyung, yang merujuk kepada daerah asal kuliner ini, yaitu Kampung Puyung yang terletak di Dusun Lingkung Daye, Jonggat, Lombok Tengah.

Sajian nasi balap ini sebenarnya sederhana, yaitu seporsi nasi putih dengan suwiran daging ayam bumbu pedas, kedelai goreng, plus sambal khas yang disajikan di atas daun pisang. Sementara, kering kentang, oseng buncis, dan telur juga kerap hadir sebagai pelengkap.

Nasi balap biasanya disantap sebagai menu sarapan. Makanya, penjual nasi balap umumnya menjajakan dagangannya sejak pagi hari. Tapi, sajian ini juga tetap bisa ditemukan di berbagai sudut kota Lombok pada siang dan malam hari. Citarasa gurih dan pedas yang nendang merupakan andalan bagi kuliner yang satu ini. Soal harga sempat terkejut juga untuk resto yg lumayan,  harganya ternyata murah, meriah plus gerah.

Sejarah Munculnya Nasi Balap Puyung. Sejarah kuliner ini bermula dari ibu Inaq Esun yang telah menjajakan makanan ini sejak tahun 1970-an. Pada tahun 90-an, ada salah seorang cucu dari Inaq Esun yang berprofesi sebagai pembalap lokal. Setiap kali menang balapan, ia selalu mentraktir teman-temannya di warung nasi milik neneknya. Dari situlah nama nasi balap ini berasal. Kini, kedai nasi balap Puyung cap Inaq Esun menjadi salah satu destinasi kuliner yang sangat populer dan telah memiliki beberapa cabang. Warung-warung penjaja nasi balap pun menjamur hingga ke luar NTB.

Setelah perut terisi lengkap kami melanjutkan perjalan menuju destinasi berikutnya yaitu Desa Sasak Sade yang hanya diisi oleh 150 kk dan 700 jiwa dengan rumah tertua yang masih menggunakan kotoran kerbau untuk lantai rumah, atap jerami. Desa Sade berjarak 30 Km dari Kota Mataram dan tempatnya sangat mudah ditemukan karena tepat berada di pinggir jalan raya Praya – Kuta.

Tiba di perkampungan Suku Sasak, kita langsung disambut oleh lokal tour guide. Mereka menjelaskan secara rinci tentang sejarah suku sasak. Untuk dapat menikmati suasana perkampungan suku asli ini, pengunjung hanya membayar uang sumbangan seikhlasnya untuk masyarakat suku sasak.

Di Desa Sasak hanya dihuni oleh 150 kepala keluarga saja, karena untuk menjaga kelestarian di perkampungan ini, dan sisanya tinggal di luar perkampungan ini. Suku sasak saat ini adalah merupakan keturunan generasi ke enam belas dari leluhur mereka terdahulu.

Ada yang menarik saat berkunjung di sini, di perkampungan Sade ada sebuah istilah 'kawin lari'. Kawin lari yang dimaksud adalah jika seorang laki-laki menyukai seorang perempuan suku sasak dan diantara keduanya saling suka, maka si laki-laki berhak membawa lari si perempuan tersebut ke kerabat laki-laki dan si perempuan diinapkan di rumah kerabatnya.

Kemudian esok harinya, Si laki-laki dan keluarganya akan melamar si keluarga gadis untuk dinikahkan. Pada umumnya laki-laki di sini diharuskan menikahi perempuan dari suku sasak sendiri. Mahar yang digunakan sangat terjangkau hanya uang sebesar Rp 100 ribu-Rp 500 ribu dan seperangkat alat solat. 

Satu lagi adalah kawin culik, tradisi ini dilakukan bila perempuannya tidak suka, namun laki-laki yang harus bertindak, hampir sama dengan proses kawin lari pelaksanaannya, perbedaannya adalah pada suka atau tidaknya perempuannya.

Ada satu spot di tengah desa Sade dekat dengan masjid desa yaitu pohon besar kering tempat berjanji bertemu untuk para kekasih, baik saat melepas rindu atau merencanakan kawin lari, pokoknya seru membayangkan proses kawin lari ini.

Perkampungan di Desa Sade sendiri masih sangat tradisional. Rumah di Desa Sade berbentuk persegi, tidak berjendela, dan hanya memiliki satu pintu. Atap rumah di sini masih menggunakan jerami yang sudah dikeringkan dan biasanya jerami tesebut bertahan selama 5 bulan, kemudian setelah lima bulan, penduduk akan menggantinya dengan jerami yang baru.

Dulunya ketika membangun rumah, masyarakat Suku Sasak menggunakan kotoran kerbau untuk melekatkan batu. Bahkan sampai sekarang pun, mereka masih menggunakan kotoran sapi atau kerbau untuk mengepel rumah mereka. Memang terdengar aneh ketika pertama kali mendengarnya, namun saat saya masuk ke dalam rumah, tidak tercium bau kotoran apapun.

Ruangan di rumah tradisional suku sasak terdiri dari dua sampai tiga ruangan. Pada bagian paling atas, ruangan ini diperuntukan untuk seorang gadis saja dan di sebelahnya terdapat dapur. Dapur di sini masih menggunakan tungku dan kayu bakar untuk memasak. Di ruangan yang kedua biasanya ditempati oleh orang tua dan anak laki-laki.

Mata pencaharian masyarakat Suku Sasak adalah bertani dan penenun kain. Pada umumnya kaum laki-laki hampir semua adalah para petani dan kaum perempuannya bekerja di rumah sebagai penenun kain dan menjual kain tersebut kepada wisatawan. Saat menenun, mereka masih menggunakan alat tenun yang tradisional yang berupa Berire.

Berire merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk menenun yang berupa batang panjang berbentuk piph dan agak lancip diujungnya. Ujung berire tersebut dikondisikan agar memudahkan penenun untuk memasukan dan mengeluarkan alat tersebut ke dalam pakan benang yang sedang ditenun.

Alat ini berfungsi memberikan celah saat penenun memasukan pengiring yang berisi benang. Bahkan pembuatannya pun masih sangat tradisional dan dibutuhkan waktu 1-2 bulan untuk dapat menenun sebuah kain ikat yang cantik.

Desa sade sekarang sudah lebih baik karena sudah mendapatkan aliran listrik dan air dari pemerintah daerah Lombok sehingga kehidupannya sudah lebih baik.

Menjelang tengah hari kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai Mandalika, destinasi wisata baru yang belum lama ini diresmikan presiden RI Joko Widodo, masjid Nurul Bilad termasuk bagian di pantai Mandalika Kuta Lombok. Sebelum mengunjungi pantai Mandalika Kuta Lombok kami melaksanakan sholat jama qoshor Zhuhur dan Ashar di Masjid Nurul Aidin. Masjid ini berdiri di atas lahan seluas 5 hektar dan bisa menampung 1.500 Jamaah di dalam bangunan dan 500 orang di teras bangunan. Selain eye cathing dengan balutan arsitektur elegan, warna lokal pun ikut membalut tampilan Masjid Mandalika ini. Bangunannya mengadopsi nilai-nilai kearifan lokal dari Mesjid Bayan, Lombok Utara dan Bangunan Adat di Sembalun, Lombok Timur. Dan semua tadi, masih ditambah dengan ornamen Islami dan kaligrafi serta desain modern. Bangunan masjid mengusung Eco Friendly dengan memanfaatkan penerangan cahaya matahari dan angin sebagai pendingin alami. Dan konsepnya bertujuan memberikan rasa nyaman kepada masyarakat untuk beribadah. Selain memberikan rasa nyaman, bangunan masjid juga akan dilengkapi dengan pusat edukasi, gedung serbaguna, fasilitas wudhu dan toilet yang layak untuk mengantisipasi kunjungan tamu. Termasuk akan berdampingan dengan pasar seni dan areal festival yang direncanakan dibangun. Selesai melaksanakan sholat dan mengabadikan masjid ini kami menuju ke pantai Mandalika. Pantai ini merupakan salah satu pantai favorit di wilayah Kabupaten Lombok Tengah. Dulunya Pantai Mandalika ini disebut Pantai Kuta karena berlokasi di Desa Kuta, Lombok Tengah. Seiring dengan adanya program Visit Lombok Sumbawa 2012 dan keinginan untuk lepas dari brand image Pantai Kuta Bali yang sangat kuat, maka mulailah disosialisasikan perubahan nama Pantai Kuta menjadi Pantai Mandalika, tapi sepertinya masih disebut Kuta Lombok sampai sekarang. Entah karena kurang sosialisasi atau karena nama Kuta sebagai nama desa lokasi pantai. Nama ini tak lepas dari cerita rakyat yaitu legenda Puteri Mandalika yang menerjunkan dirinya ke laut dan konon dipercaya menjelma menjadi cacing laut yang disebut Nyale. Salah satu keunggulan pantai ini adalah airnya jernih dengan ombak tenang yang memikat. Pada saat surut, akan mudah sekali menemukan biota laut yang hidup di dalamnya. Selain ganggang, bintang laut dan teripang adalah contoh biota laut yang banyak terdapat di pantai ini. Keunggulan lain dari Pantai Mandalika ini yaitu berpasir putih dengan tekstur seperti butiran biji merica. Selain itu kawasan pantai ini dikelilingi perbukitan yang hijau, terutama pada saat musim penghujan. Pada bagian tengah ada tumpukan karang yang menjorok ke laut. Lokasi ini sangat cocok digunakan oleh penyuka fotografi. Beberapa spot sangat menarik, misalnya bukit yang ditumbuhi sebatang pohon dengan ranting-ranting menjuntai yang keluar dari tumpukan karang tersebut. Dari titik ini bisa didapatkan foto landscape yang memukau perpaduan antara garis pantai, air laut dan bukit. Di sepanjang pantai selain tumbuh pohon-pohon yang rindang untuk berteduh juga dilengkapi dengan beberapa berugaq (istilah Sasak untuk menyebut gazebo) untuk beristirahat. Di pantai ini juga sudah dilengkapi dengan musala dan toilet umum. Pantai Mandalika terbuka untuk umum dan tidak diperlukan tiket masuk, hanya cukup membayar parkir untuk sepeda motor Rp 5.000,- dan mobil Rp 10.000,- kita sudah dapat menikmati keindahannya. Keberadaan Pantai Mandalika didukung oleh keberadaan areal parkir yang luas dan deretan pedagang yang menjual minuman dan makanan ringan. Selain itu, Pantai Mandalika berada pada posisi yang strategis dan mudah dijangkau dengan menggunakan berbagai sarana transportasi. Menuju Pantai Mandalika diperlukan waktu kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari Mataram. Adapun rutenya adalah sebagai berikut : Mataram – By Pass BIL – Bandara Internasional Lombok (BIL) – Pujut – Sengkol – Rembitan – Kuta. Sedangkan dari Bandara Internasional Lombok (BIL) hanya dibutuhkan kurang lebih 20 menit saja untuk mencapai Pantai Mandalika. Berbagai penginapan dengan berbagai kelas tersedia di sekitar kawasan wisata Kuta Lombok Tengah. Pantai inilah yang digadang-gadang menjadi ikon pantai di Lombok, NTB setelah Pantai Senggigi di Lombok Barat tentunya. Kawasan Kuta termasuk wilayah inti dalam pengembangan Mandalika Resort yang nantinya diharapkan menjadi pusat pariwisata terpadu di Lombok Tengah lengkap dengan sarana prasarana serta fasilitas layaknya destinasi wisata dunia.

Selanjutnya kami menuju, Pantai Tanjung Aan dengan jalan yg tidak terbalut aspal hotmix, jalannya berbatu dan berlubang-lubang, sebelum sampai di tempat tersebut kami melewati tempat pembangunan sirkuit Internasional, sirkuit ini akan jadi pelengkap destinasi  wisata NTB khususnya Pulau Lombok, sirkuit yang dibangun untuk pelaksanaan GP ataupun F1 yang sesuai standar internasional, amazing Lombok 2019. Pantai Tanjung Aan dengan ciri khas pasir lada, butiran bulat seperti merica dan memang benar adanya, pasirnya lembut dan putih serta berkilauan terkena sinar matahari, di pantai ini juga ada karang besar yang berumput serta ada anak tangga untuk kita berfoto ria di atasnya, hamparan pantai dan bukit yg mengapit pantai menambah keindahan pemandangannya, masyaAllah luar biasa sekali karunia Allah dengan alam yg indah ini, alhamdulillah. Bukit ini hanya sekitar 15 meter tingginya dengan luas kurang lebih selebar lapangan sepak bola, namun spotnya bisa menjadikan kita seperti dapat mendorong bukit yg ada di ujung pantai, juga hamparan karang yg terlihat begitu indah dan memanjakan mata.

Selanjutnya perjalanan ke Pantai Mawun yang diapit dua bukit besar pada bagian luarnya sehingga pantainya sangat tenang dan airnya jernih serta pasirnya putih, terlihat jelas ikan-ikan kecil yg berenang kian kemari. Mawun adalah salah satu nama pantai yang terkenal di Lombok saat ini. Pantai Mawun terletak di daerah Praya kabupaten Lombok Tengah. Pantai Mawun merupakan salah satu wisata pantai yang sangat indah di Pulau Lombok. Pantai Mawun juga merupakan salah satu dari beberapa deretan pantai selatan di Pulau Lombok sama seperti pantai Tanjung Aan. Pantai Mawun bisa dibilang sebagai surga tersembunyi di sebelah selatan pulau Lombok. Dikatakan surga tersembunyi karena pantai Mawun belum banyak dikenal oleh para wisatawan. Karena bukan hanya sekedar indah, tapi tempatnya juga masih terjaga keaslian dan kebersihannya. Pantai mawun juga merupakan salah satu objek wisata dengan panorama pantai dan pegunungannya yang tidak kalah bagusnya dengan pantai Selong Belanak, Pantai Kuta, dan Pantai Lainnya. Dimulai dari keindahan pasir, pantai, pegunungan dan bukitnya juga. Pasir putih dengan garis pantai panjang dan bibir pantai yang juga panjang akan melengkapi ombak besar dengan sensasi berselancar yang luar biasa. Tidak salah beberapa orang menyebutnya sebagai salah satu pantai surga. Hal yang paling indah adalah pemandangan ketika kita melihat ke arah garis yang memisahkan pantai dan langitnya. Terlihat air laut yang mengisi pantai Mawun berasal dari sebuah area yang hampir mirip seperti selat yang diapit oleh 2 gunung yang masih hijau dan sangat indah. Pantai Mawun juga sangat cocok dikunjungi oleh para wisatawan yang suka dengan fotografi, terutama yang suka mengabadikan gambar pemandangan (landscape). Selain pesisir pantainya yang masih bersih, 2 gunung yang mengapit jalur masuknya air laut juga dapat dijadikan sebagai objek fotografi yang sangat bagus. Beberapa tempat seperti Pantai Kuta, Pantai Selong Belanak, Pantai Seger, dan Pantai Mawun kerap menjadi tempat tujuan wisata. Salah satu contoh, Pantai Mawun (Mawun Beach). Mawun adalah sebuah pantai yang terletak di Desa Tumpak, Kec. Pujut, Kab. Lombok Tengah, NTB. Lokasi yang cukup jauh dan kehidupan yang masih alami menjadikan destinasi wisata Pantai Mawun masih kurang terjamah saat ini jika dibandingkan dengan Pantai Senggigi dan gugusan 3 Gili (Trawangan, Meno, Air) yang cukup terkenal. Padahal panorama alam dan perbukitan yang hijau, disertai keindahan pantai tidak kalah indah dan menawan. Jika ingin melakukan perjalanan menuju Pantai Mawun, rute terbaik adalah Mataram – Kediri – Praya – Penujak – Selong Belanak – Mawun. Berdasarkan rute tersebut, kita bisa menempuh perjalanan selama kurang lebih 1,5 jam dengan kecepatan rata-rata kendaraan 60-80 km/jam. Di samping itu melewati beberapa daerah yang tidak kalah menarik dalam menawarkan keindahannya, menuju Pantai Mawun adalah perjalanan yang tidak akan ada bosannya. Pantai Mawun ini sejajar dengan Pantai Kuta Lombok, jadi jika para wisatawan ingin menuju Pantai Wawun maka para wisatawan juga harus mengambil arah yang sama menuju Pantai Kuta Lombok. Perjalanan dari Pantai Kuta Lombok menuju Pantai Mawun sekitar kurang lebih 30 menit. Selama dalam perjalanan, kita akan menyadari bahwa betapa indahnya ciptaan Allah di Bumi beserta isinya. Pada Rute Pantai Mawun kita bakal melewati beberapa bukit yang tentu saja diikuti lembah dengan hamparan padang rumput serta ternaknya. Namun ada sebuah tanjakan yang cukup curam dengan turunan yang tidak kurang curam setelahnya. Dari puncak tanjakan itu kita bisa melihat beberapa hamparan pantai-pantai dengan keindahan yang luar biasa. Dari keindahan itu saja akan membuat para petualang merasa tidak akan rugi menyambangi Pantai Mawun. Sebelum sampai di Pantai Mawun, kita melewati Selong Belanak. Kemudian jarak yang bakal kita tempuh menuju Mawun dari Selong Belanak sekitar 9 km dengan estimasi waktu sekitar ± 15 menit dengan kecepatan standar 60-80 km/jam. Tentunya bakal menguras tenaga di tengah teriknya sinar mentari, namun semua bakal terbayarkan ketika sampai di Pantai Mawun. Setelah tiba di Pantai Mawun, para wisatawan akan diminta biaya untuk masuk menuju pantai jika menggunakan kendaraan. Ongkos masuk hanya Rp.10.000 untuk roda empat atau mobil dan Rp. 5000 untuk roda dua atau sepeda motor. Ketika memasuki tempat parkir, setelah para wisatawan memasuki tempat parkir, para wisatawan akan lengsung terpukau dengan keindahan Pantai Mawun sehingga membuat wisatawan tergesa-gesa untuk turun dari kendaraan yang digunakan dan tidak sabar untuk menuju pesisir pantai. Pantai Mawun memiliki pasir yang putih, jika kita sebut pasir putih pasti para wisatawan juga sudah sering jumpa di pantai-pantai lain yang pernah di kunjungi. Akan tetapi, kita tidak akan pernah menjumpai pantai seperti Pantai Mawun. Karena pantai ini seperti berada dalam lingkaran namun ujung lingkarannya tertembus langsung oleh samudra Hindia.

Setelah mengunjungi pantai-pantai yang indah tak terasa hari beranjak senja, kamipun menuju tempat istirahat di Hotel holiday resort pantai senggigi, tempat istirahat eksotis yang terletak di pantai senggigi. Hotel ini bertemakan resort jadi bangunannya berbentuk cottage yang terpisah dengan 2 lantai dan 4-6 kamar, dengan kualitas berbintang 4 maka tarifnya agak mahal untuk ukuran backpacker, namun memang harga tidak berbohong dengan fasilitas kamar yang nyaman, kamar mandi bernuansa terbuka dengan taman di dalamnya, halaman dengan pantai terbuka yang luas, kolam renang, spa, fitness, sidepool cafe dan banyak lagi fasilitas yang diberikan, termasuk sarapan yang berstandar internasional menjadikan hotel ini kerap menjadi pilihan wisatawan manca negara dan domestik yang menginginkan kenyamanan dalam berwisata. Juga dari pantai senggigi ini dapat dinikmati suasana sunset atau matahari terbenam bila cuaca cerah tidak berawan. 

Malam hari kami menuju ke resto Yessy di jalan Senggigi untuk makan malam dengan sajian khas lombok ikan bakar dengan bumbu spesial, juga ayam taliwang dan berbagai macam hidangan yang tidak terlalu mahal, suasana resto yang romantis dan nyaman, pelayanan yang ramah menjadikan resto ini recomended untuk yang ingin menikmati suasana tenang dan romantis. Malam pertama ini kami akhiri dengan kembali ke holiday resort sambil mendengarkan deburan ombak dari kamar tempat istirahat.

Hari ke 2
Sabtu, 5 November 2017

Terbangun dengan alunan shalawat nabi dari masjid yang dekat dari resort, dan memang Lombok yang terkenal dengan pulau 1.000 masjid menjadikan nuansa shubuh yang tenang menentramkan, setelah selesai melaksanakan kewajiban shalat shubuh langsung menuju pantai senggigi untuk menikmati pemandangan pagi dan segarnya udara pantai, begitu indahnya. Sambil berkeliling menikmati udara segar di sekitaran kolam renang, sambil dilanjutkan dengan berenang dengan intensitas ringan untuk menjaga kebugaran tubuh, selesai renang bersiap untuk sarapan pagi dan alunan musik tradisional yang mengalun, mengiringi langkah kami menuju ke resto resort yang menyajikan menu sarapan tradisional dan internasional, pecel, soto ayam, omelet, nasi goreng, juice, bubur ayam, bebagai macam pastry, salad dan sajian tradisional seperti bubur ketan hitam, menu pilihannya beragam dan rasanya enak.

Setelah sarapan kamipun bersiap untuk menuju destinasi wisata berikut yaitu Air terjun Tio Kelep dan  sendang gilo air terjun bertingkat, dengan terowongan air sebagai jalan pintas pulang, perjalanan dari Senggigi menuju air terjun lumayan jauh, karena menyusuri sisi pantai dan menuju ke arah kaki gunung rinjani. Berlokasi di Desa Senaru Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Senaru juga merupakan trek pendakian menuju Gunung Rinjani, daerah ini merupakan kawasan subur di daerah ini terdapat persawahan yang hijau tersusun rapi dan indah dari puncak sampai kaki bukit. Untuk mencapai Senaru kami melalui jalur pesisir barat melalui kawasan pantai Senggigi melewati Bukit Malimbu sekitar 2 jam perjalanan, di jalur ini kita akan dapat menikmati keindahan alam yang luar biasa.
Sampai di tempat parkir kita dapat melihat air terjun sendang gilo dari kejauhan dari menara pandang yang terbuat dari bambu, dikelilingi perbukitan dan hutan lindung gunung Rinjani, rute Ke Air Terjun Sendang Gile Dan Tiu Kelep, Melalui gerbang utama membayar tiket masuk yang tidak mahal karena di kelola oleh kawasan wisata gunung Rinjani, dilanjutkan menuruni anak tangga sekitar 15-20 menit untuk mencapai Sendang Gile, sedangkan untuk mencapai Tiu Kelep dari air terjun pertama terdapat rute yang merupakan jalan setapak memasuki hutan dan menyusuri sungai. Jalan ke arah Air Terjun Sendang Gile tidak begitu sulit, hanya menyusuri anak tangga yang menurun. Sendang Gile merupakan tujuan pertama karena berada di lokasi yang lebih rendah sekitar 600 meter di atas permukaan laut, kita akan melalui jalan setapak dan beberapa anak tangga yang membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk dapat sampai. Aliran air Sendang Gile berasal dari Danau Segara Anak Gunung Rinjani, airnya jatuh dari tebing yang bertingkat di penuhi oleh tumbuhan hijau yang menempel pada sisi tebing dengan ketinggian sekitar 30 meter. Terpaan airnya yang cukup keras, airnya cukup dingin dan sejuk. 
Setelah cukuo menikmati nuansa di sana kami melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Tiu Kelep, perjalanan melewati kawasan hutan hujan dengan pohon-pohon besar di sekeling. Perjalanan akan menaiki tangga dan melewati jembatan beton yang cukup tinggi dan sebenarnya jembatan ini merupakan kanal air, namun di atasnya di tutupi besi dan beton agar dapat di lewati. Setelah melewati jembatankita memasuki kawasan hutan yang di huni beragam satwa, perjalanan terus berlanjut ketika jalan setapak habis dan harus melewati beberapa sungai kecil dengan aliran air yang jernih namun agak deras. Udara yang sangat sejuk, pemandangan hutan yang luar biasa, aliran sungai dengan airnya yang dingin menjadikan sensasi perjalanan Anda ke air terjun ke 2 ini cukup menajubkan dan menantang. Sekitar 20 meter sebelum sampai Anda dapat merasakan percikan air yang berterbangan dan suara gemuruh air yang jatuh dari ketinggian. air terjun ini di namakan Tiu Kelep dalam bahasa Sasak yang berarti “terbang renang” karena air yang terhembus akibat hempasan air membasahi seluluh kawasan air terjun ini. Tinggi air terjun Tiu Kelep sekitar 45 meter dari tebing yang terbentuk setengah lingkaran di penuhi oleh bebatuan besar di pinggirnya dan juga tumbuhan air yang menempel pada sisi tebing, bentuk air terjun yang indah ini sangat memukau.
Airnya disisi kolamnya berwarna biru muda dan sangat dingin, bahkan orang asing yang berasal dari negri dingin pun tidak tahan mandi terlalu lama. Jangan pernah mandi terlalu tengah atau berpikir untuk sangat dekat dengan terpaan airnya karena volume airnya yang cukup besar dapat menyeret Anda ke dasar kolam. Setelah puas mandi dan mengabadikan karunia Illahi ini di saat perjalan pulang pemandu mengajak melewati trek menantang setelah melewati jembatan melewati gua atau terowongan yang juga di aliri air yang berasal dari air terjun berupa saluran irigasi yang menembus bagian bukit. Panjang terowongan ini sekitar 100 meter dengan ketinggian air sampai lutut orang dewasa dan siap-siap menyalakan senter, disini dapat melihat kawanan kelalawar yang tidur bergelantungan dan begitu keluar akan berada dekat dengan air terjun pertama, disambut ojek yg siap mengantarkan bila sudah terlalu lelah, namun ongkosnya terbilang mahal, juga ada warung yg menyediakan pisang goreng hangat dan miniman hangat dengan harga terjangkau. Sampai kembali ke tempat parkir ternyata mobil kami terhalang untuk keluar, sedangkan penumpang mobil tersebut sedang melihat air terjun, dengan sigap mas tanto mencari supir mobil yang ada di sebelahnya dan alhamdulillah kamipun bisa keluar dari halangan.

Perjalanan kembali ke hotel lumayan jauh dan kami langsung menuju mataram dengan tujuan sate rambiga yang terkenal lezat, sebelum menuju Mataram kami sempat mampir di pantai tebing, yang mempunyai pemandangan eksotos berupa tebing tinggi yang sering kali longsor, namun memang pantainya tak semenarik pantai yang lain, agak sepi dan memang air lautnya agak keruh, kamipun tidak berlama-lama di sana. Selanjutnya kami melalui monkey forest, sepanjang jalan memang banyak monyet berkeliaran, namun terlihat jinak, mampir membeli makanan khas lombok seperti leupeut yang dibungkus daun kelapa, namun isinya ada pisang merah, enak dan legit. Akhirnya kami sampai di sate rembiga lombok, sate ini dibuat dengan daging sapi yang telah dibumbui, rasanya manis pedas, juga ada teh hangat yang rasanya enak, rasa mawar, harum dan enak deh. Saat kami menunggu pesanan makanan ternyata trman kami Heni yang sudah lama tinggal di Lombok menghubungi dan mengajak makan malam bersama jam 19.30 WITA, karena kami belum mandi akhirnya diputuskan kembali dulu ke hotel dan bersiap-siap.

Saat ba'da isya kami menuju tempat yang sudah di siapkan teman kami yaitu restoran Roemah langko, arsitektur bangunannya kuno dengan toko souvenir di bagian depan dan tempat makan yang luas di bagian belakang, lokasinya di kota mataram dengan makanan khas lombok ayam taliwang, ayam goreng madu, ikan bakar, sate ayam, ikan kakap bakar, kangkung plecing, tahu goreng khas lombok dan masih banyak pilihan makanan khas Lombok. Dengan sambutan hangat trman kami dan anaknya serta adiknya beliau menjamu kami secara spesial, maklum sudah lama tidak bertemu dan sudah lama menetap di Lombok mengikuti suaminya, makanan yang dipesan lumayan banyak dan kami juga makan banyak karena saat siang hari kami melewatkan jadwal makan siang.
Menjelang malam kamipun pamit untuk istirahat kembali ke hotel menyusuri sepanjang pantai senggigi yang ramai cafe yang dipenuhi bule mancanegara yang melewatkan malam di pantai senggigi.

Day 3
Senin, 6 November 2017

Lantunan shalawat nabi membangunkan untuk segera bersiap melaksanakan kewajiban shalat shubuh, selanjutnya adalah berolahraga dengan menyusuri pantai senggigi di pagi hari dan berenang di kolam renang hotel, tidak terlalu lama hanya untuk menjaga kebugaran tubuh, selanjutnya kamipun bersiap untuk mandi dan sarapan pagi yang telah disiapkan oleh restoran hotel, hari ini destinasi selanjutnya adalah menuju ke gili trawangan, sambil menyusuri jalan senggigi kami menyempatkan mampor di villa hantu, villa ini disebut villa hantu karena sudah lama ditinggal pemiliknya, bangunannya belum selesai, konon kabarnya menurut penjaga yang di sana kadangkala ada penampakan di malam hari ada sesosok perempuan sedang berdiri atau duduk di atas atap bangunan tersebut sambil memandangi laut dengan rambut tergerai tertiup angin sepoi, namun memang hanya mitos belakan, kenyataannya bangunan yang berdiri tepat di tebing tikungan jalan di Senggigi ini sangat menawan pemandangannya, di atas ketinggian tebing dan bangunan ini hamparan laut yang luas membentang sangat memanjakan mata, sambil mengucap syukur atas ciptaanNya kami sempat mengabadikan keindahan pemandangan di atas villa hantu ini, perjalanan kami lanjutkan ke pelabuhan trluk Nare tempat boat yang akan mengantarkan kami ke gili trawangan, ada banyak gili atau pulau di sekitar pulau Lombok tapi yang menjadi favorit wisatawan domestik maupun mancanegara adalah 3 gili yang terletak di sisi timur, gili air, gili meno dan gili trawangan. Ketiga gili ini saling berdekatan sehingga sangat mudah sekali dijangkau, ada beberapa alternatif transportasi untuk menuju ke tiga gili tersebut. Sebenarnya banyak sekali gili di sekitar pulau Lombok, yang terpopuler ada 12 gili, namun yang paling favorit wisatawan ada 3 gili, yaitu

1. Gili Trawangan
Gili Trawangan adalah pulau paling popular di Lombok. Disini ada berbagai sajian khas alam yang bisa Anda nikmati. Pasir di pantai ini sangat putih, airnya juga jernih, kawasan pantai bersih dan bebas dari pedagang asongan menjadi daya tarik utama Gili Trawangan. Anda akan melihat betapa wisatawan asing, khususnya, dengan santainya berjemur di bibir pantai tanpa merasa terganggu. Gradasi warna laut yang biru dan hijau akan menjadi pemadangan lazim mata Anda. Lautan tanpa batas, warna yang indah. Ya, inilah surga Gili Trawangan. Kita juga bisa melihat ikan dan terumbu karang langsung dari atas kapal yang berlayar tanpa harus menyelam. Untuk menuju gili ini ada beberapa pilihan perahu atau boat, reguler dengan kapal besar dengan 50-100 orang dengan biaya murah, biasanya digunakan oleh penduduk pulau untuk berbelanja ke pulau Lombok, kemudian boat jamaah bisa memuat sampai 20-30 orang, biayanya sesuai kesepakatan alias tawar menawar, yang terpenting semakin banyak dalam rombongan akan semakin murah, ada juga slow boat digunakan untuk kegiatan snorkeling biasanya sudah satu paket dengan biaya sewa alat dan pendamping kisaran biayanya lumayan bisa buat makan di hoka-hoka bento ber 20, itu untuk satu orang. Yang paling cepat adalah speedboat yang bisa mengangkut 6-8 orang, namun biayanya mahal untuk ukuran wisdom, harga sudah termasuk pulang pergi. Sampai di gili trawangan kita akan disambut dengan hamparan pasir putih dan jernihnya air laut, juga binatang laut serta karangnya yang indah, subhanallah indah sekali, namun sayang karena kawasan wisata mancanegara maka turispun mengenakan pakaian sesuai keinginannya, kita perlu jaga pandagan dan jaga hati saat melihat pemandangan di gili ini, ada hal yg menarik di pulau ini sudah ada SD, SMP dan SMA, namun letaknya di tengah pulau, bagian pantai dikuasai hotel, cafe dan tempat wisata, ada juga masjid besar di tepi pantai yang dikelilingi hotel dan tempat wisata, masjid Baiturrahman yang semoga bisa menjadi tempat dakwah Islam di gili trawangan, penduduk asli gili trawangan awalnya adalah para nelayan, namun sekarang banyak yang beralih profesi di bidang pariwisata. Ada hal yang menarik di gili trawangan yaitu tidak ada mobil dan motor di pulau ini, angkutan di pulau ini hanya andong atau dokar yang kalau di gili trawangan disebut cidomo yang ditarik kuda, sepeda dan sepeda listrik. Jadi yang sangat terasa sekali adalah udara yang sangat fresh alami. Sepanjang pantai kita dapat berkeliling menggunakan sepeda atau dokar, atau kalau nekat bisa berjalan kaki mengitari gili trawangan, butuh waktu sekitar 2-3 jam untuk mengelilingi pulau sambil sesekali menikmati indahnya beragam pantai, ada yg berpasir, berkarang ataupun hutan bakau, semuanya menyajikan pemandangan yang sangat indah.

2. Gili Meno
Gili Meno hanya dihuni sekitar 300 penduduk. Itulah mengapa Gili Meno disebut sebagai pulau dengan fasilitas minim karena tidak ada toko, sehingga wisatawan harus memiliki persediaan sendiri. Namun demikian, Gili Meno menyimpan keindahan yanag tak dipunyai oleh gili lainnya yakni danau garam dan sudut menyelam yang spektakuler seperti Meno Wall, Sea Point Penyu dan Point Coral Blue. Pantai di bagian timur pulau ini sangat bagus dan cocok untuk snorkling. Di Gili Meno Anda akan menjumpai penyu bebas berenang dan species karang berwarna-warni. Ada banyak pilihan aktivitas liburan yang menyenangkan di Gili Meno. Sudut-sudut untuk diving sudah menanti untuk Anda susuri. Taman terumbu karang di sekitar utara timur pantai ini layak dikunjungi, warna-warna koralnya memesona mata penyelam. Jika beruntung, kita akan berpapasan dengan segerombolan school fish yang hilir mudik.

3. Gili Air
Gili Air menawarkan beberapa spot diving dan snorkling yang menawan. Kita tidak akan kesulitan untuk memuaskan hasrat menyelam Anda karena disini banyak operator yang menyediakan peralatan dan pemandu selam. Sudut pantai yang biasa dikunjungi para penyelam adalah di bagian timur Gili Air. Di sana kita akan dimanjakan pemandangan yang luar biasa. Ikan-ikan karang akan menemani kita selama snorkling. Kawasan yang biasa dipakai snorkling ini mempunyai kedalaman dari 1, 5 meter hingga 3 meter. Jangan terlalu jauh menyelam, karena di kawasan ini dipasang sebuah tali sebagai tanda jika kita sudah melewati batas aman untuk snorkling. Upayakan snorkling pada saat ombak sedang landai atau tenang. Cobalah menyelam agak ke tengah untuk mendapatkan pemandangan bawah laut yang memesona. Puas menikmati Gili trawangan saatnya kami kembali ke pulau Lombok untuk mengantar sahabat kami melanjutkan tugas ke Papua, kami menyusuri jalan Lombok barat dan langsung menuju kota Mataram, kami mampir sebentar di Toko mutiara lombok Sanjaya Pearl, yang menyediakan souvenir khas Lombik berupa perhiasan mutiara, dengan hargayang beragam, ada yang standar minimal 50.000 sampai jutaan, selesai mendapat oleh-oleh kami langsung menuju Bandara LIA melewati Masjid Islamic Centre Mataram, Jl. Udayana dan mampir lagi di Sate Rambige untuk membeli sate yg bisa dijadikan oleh-oleh.
Oleh-oleh khas Lombok.

Day 4
Pagi di Senggigi beach menikmati sarapan di resto hotel sambil persiapan pulang ke rumah jam 10 kami Check out langsung menuju Bandara Lia, udara dan cuaca cerah pesawat take off dengan mulus,  transit bandara juanda, sambil menunggu pesawat ke Jakarta kami mencoba tol bandara ke sidoarjo kembali lagi ke bandara Juanda, menyempatkan membeli  kue ngehitz Patata Surabaya, lanjut perjalanan menuju Bandara halim pk, dan mengakhiri seluruh acara di Depok.

Demikian perjalanan kali ini, sangat berkesan walau terasa belum puas menjelajahi Lombok keseluruhan, next time kami akan menjelajahi daerah lainnya, sampai jumpa.

Komentar

vetty kurnely mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Postingan populer dari blog ini

PROGRAM KEGIATAN UJIAN PRAKTEK PENJASORKES

RPP BERDIFERENSIASI PJOK SMP